Sabtu, 10 Desember 2011

Siang di Sebuah Restoran



“Mengapa kau tak bilang padaku?”
Sejenak ia terdiam. Matanya memandang gelas berisi air pesanannya, kemudian perlahan dialihkan padaku.
“Belum saatnya...”
“Belum saatnya?!!!” sengaja aku keraskan volume suaraku, tak hirau akan pengunjung restoran lain, yang saat ini mungkin sudah membelalakan mata padaku.
“Tenang, May...tenang...”, ia mencoba menjadikan dirinya sendiri sebagai sosok yang bersahaja. Namun kini, lelaki yang duduk  bersebrangan denganku sudah tak berharga sama sekai meski dasi bermerek luar itu masih tetap setia menggantung pada leher yang tubuhnya dibalut kemeja sutra. Matanya tak lagi memandangku, kepalanya kembali tertunduk. Bahkan untuk melanjutkan pembicaraan ini dia sudah tak lagi mampu. Terpaksa aku yang berinisiatif.
“Jadi kapan kau akan memberi tahuku??”
Dia masih tetap diam. Perlahan ia coba mengangkat wajahnya yang harus aku akui tetap tampan meski kuyu. Alisnya yang tebal, matanya yang tajam, hidungnya yang sedikit melebar namun proposional dengan lebar wajahnya. Dan aku tersadar dari lamunanku saat ia baru saja mengambil nafas panjang dari hidung itu. Lalu kutujukan tatapan mataku pada bibirnya, seksi tanpa kumis yang menggantung, yang perlahan membuka..Ah!
“Aku kira kau sudah tahu sejak semula.”
“Apa??!!” aku berteriak dalam hati, lamunanku menggantung tentang dia masih bermain dalam otak. Di dalam imajiku, teriakan tadi pastilah akan memecahkan seluruh kaca restoran ini. Karena jawabanmu adalah kalimat jawab yang buruk sekali, Nif. Tentu kau tahu itu, aku masih membatin.
Dan inilah kalimat yang keluar dari mulutku.
“Nif, tampaknya kau tidak mengenalku sama sekali. Jadi tolong! Dengarkan baik-baik perkataanku ini...”, aku ambil nafasmu, “aku bukanlah perempuan murahan yang kau jadikan gundik oleh seorang lelaki yang telah beristri, apalagi beranak! Simpan kalimat tadi baik-baik di dalam memorimu!” Aha, akal pikiran dan emosi hatiku bekerja sama dengan sempurna. Siapa bilang perempuan hanya bisa bermain hati tanpa rasio. Sebetulnya, hati siapa yang takkan terpincut oleh kegantengan Hanif, pemuda tengah baya yang sedang ranum-ranumnya? Namun pikiranku sejak melangkah keluar dari rumah adalah memutuskan hubungan kami. Ya, kami harus berpisah. Maka segera kuucapkan.
“Selamat siang!” aku segera beranjak untuk pergi.
“Jangan pergi dulu, Lin! Aku mohon!” ia memegang pergelangan tanganku. Erat, namun tak bisa aku samakan saat ia pertama kali menjabat tanganku, erat. Di malam kami berkenalan. Juga tak, kepada pelukannya, erat, yang ia berikan padaku di malam itu juga saat kami berdansa. Ah. Aku hapus semua bayangan itu.
Tapi aku mengalah, tetap duduk di kursi yang sebetulnya sudah tidak menerimaku lagi.
“Agaknya, giliranku untuk bicara banyak...”
Ia coba berkalimat hanya untuk kembali diam dan ini membuatku bosan.
“Sudahlah, Nif. Lebih baik kita berpisah sekarang. Sebelum kau membuat keputusan yang bodoh dan sebelum aku terjerumus semakin dalam!”. Gila, tak kusangka aku bisa berbicara begitu bijak.
“Tidak, tidak, Lin. Aku harus bicara padamu sekarang. Aku jatuh cinta padamu. Sungguh, Lin, aku cinta kepadamu...”
Aku biarkan diriku tenang dan kulihat tatapannya yang tajam, dalam, yang aku ingat betul, telah membuatku jatuh di malam pertama aku bertemu. Tatapan yang kini, entah karena apa, diiringi dengan genangan air mata.
“Kau tak perku melakukan ini, Nif! Aku belum hamil, kau tidak perlu susah-susah mengatakan itu hanya untuk membuktikan bahwa kau adalah lelaki!” aku masih sanggup berkata tenang.
“Ini kali aku berkata jujur, Lin. Hubungan dengan istriku sudah lama tak menentu. Meski kami setumah namun kami sudah tak sepaham...”
“Oh, ya!” aku langsung membalas. Jika ini adalah pertandingan bulu tabgkis maka inilah satu-satunya partai tunggal campuran, antara lelaki dan perempuan. Dan sang lelaki baru saja memukul shuttle cock melayang di udara, memberi kesempatan pada perempuan untuk sebuah smash. “Kau dan istrimu sudah tak sepaham, sehingga sebulan yang lalukalian memutuskanuntuk berlibur ke Lombok saat sebelumnya kau katakan padaku bahwa kau mempunyai tugas penting ke Bangkok. Kau dan istrimu sudah tak sepaham sehingga seminggu setelahnya kau bergandengan tangan mesra di supermarket. Dan aku masih ingat, Nif. Masih jelas di dalam ingatanku bahwa saat itu kau menjanjikan sebuah makan malam yang romantis. Dan, dan, masih ku ingat juga saat kau bilang bahwa kau sedang..sedang..ah, ya..sedang menjamu tamu kantor saat kau menunggu kedua anakmu bermain, duduk di sudut food court berbincang mesra dengan istrimu. Jiiih, aku lihat semua itu, Nif! Dengan mata kepalaku sendiri! Apakah itu yang kau sebuh dengan tak sepaham lagi, Nif! Iya! Ah tentu kau tak tahu betapa sakitnya melihat itu semua...,” smash itu sangat tajam dan masuk di bidang yang kosong, tak bisa dijangkau oleh sang lelaki. Ya, the game is over!
Aku terpaksa menutup kedua mataku dengan tangan mencegah air mata yang ingin keluar. Barangkali sakit yang pernah dirasakan seorang manusia adalah tak bisa memiliki apa yang mereka cinta.
“Lin,maafkan aku, Lin..!”
“Bagus, Nif. Sangat bagus sekali. Sekarang kau menyesali semua perbuatanmu terhadapku. Selamat tinggal, Nif! Sekali lagi aku tegaskan, aku bukan perempuan yang suka mengganggu pernikahan orang lain!!” aku berdiri dari bangku yang terasa menusuk pantatku sejak tadi, kemudian bergegas tinggalkan restoran yang belum pernah aku masuki sebelumnya, dan sepertinya tak akan aku masuki lagi.
Kebetulan sebuah taksi menurunkan penumpang di hadapanku, tepat di depan pintu masuk dan keluar, langsung saja aku naik.
“Rumah, Pak!” kataku sambil duduk.
Kulihat supir taksi itu memandang heran kepadaku. Aku langsung menunduk.
“Rumahnya dimana, Mbak? Kan saya tidak tahu..!” supir taksi itu menyadarkanku.
“Ah, ya, maaf, Pak. Perumahan Delta.” Dasar bodoh aku ini, pikirku.
“Nah, kalau itu saya tahu.”
Taksi berangkat, aku meneguhkan hati untuk menengok ke arah restoran itu. Tidak. Aku tak mau tahu apa yang sedang dilakukan Hanif sekarang, esok dan selamanya. Tiba-tiba nada dering HP-ku berbunyi dan nama Hanifku terpampang dilayar. Segera saja aku sahut.
“Hallo...”
“Hallo!” aku ulangi.
..sunyi..tak ada suara dari Hanif, bahkan tak pula desah nafasnya.
“Nif!” aku coba memanggil.
“Hallo, Nif!”
“Lin..,” tampak lemah suaranga.
“Nif..”
“Nif..,” ingin aku memanggil namanya ribuan kali.
“Nif..,” namun akal pikirku tak membolehkannya.
Sepi kembali dan kini aku yakin takkan ada lagi suara yang terdengar darinya, lalu sambungan terputus. Kemudian dengan keyakinanku, entah di bawah perintah hati atau pikiran, aku hapus nomornya dalam phone book.
“Kenapa, Mbak?” supir taksi itu tampak perhatian.
“Ah, nggak pa-pa,” aku mencoba menjawab.
“Bisa nyalakan radio, Pak?” suaraku hampir terpendam nafas tangis.
“Bisa, bisa, Mbak..”
Terdengar lalu suara penyiar yang kukenal dan diikuti sebuah lagu.
“Gelombak berapa, Mbak?” supir itu bertanya sopan.
“Ah, ini saja, Pak..,” kini separuh suaraku tertelan oleh tangis “tidak usah dipindah!”
‘Januari’ oleh Glenn Fredly terdengar bersama air mataku yang mengalir.

Senin, 24 Oktober 2011

RESENSI FILM "TANDA TANYA"



 tandatanya-960x9061.jpg          tanda-tanya-21.jpg
Pemain: Revalina S. Temat, Reza Rahardian, Endhita, Agus Kuncoro, Rio Dewanto, Henky Solaiman
Sutradara : Hanung Bramantyo
Produser : Celerina Judisari, Hanung Bramantyo
Produksi : Dapur Film Production
Tahun : 2011

Kontroversi terhadap beredarnya film Tanda Tanya membuat keinginan saya untuk menonton film yang mengusung potret kehidupan keberagaman beragama di Indonesia ini semakin kuat.
Film yang dituduh berkedok toleransi dan akan mendangkalkan akidah umat bahkan mengajak umat menjadi murtad ini, menurut saya justru sarat akan makna agama yang sesungguhnya. Film ini berani mengungkap pertentangan dan gesekan-gesekan sosial antara agama-agama dalam masyarakat yang menjadi konflik sosial yang terjadi sehari-hari dan semakin banyak jumlahnya karena perbedaan pandangan hidup. Film ini kembali mengingatkan bangsa ini tentang pentingnya sikap toleransi ditengah keragaman. Mengingatkan kembali semangat Indonesia sediakala. Dimana sikap saling mengerti dibutuhkan dalam memandang keragaman yang ada. Saling mendukung dengan segala pengertian atas perbedaan yang ada. Memaknai arti toleransi untuk dapat hidup berdampingan dengan damai dan penuh kasih, serta kemudian membahas mengenai bagaimana pertentangan-pertentangan ini bisa diselesaikan.
Dikisahkan kehidupan keluarga-keluarga yang hidup ditengah perbedaan etnis dan agama. Hidup berdampingan dalam lingkungan yang dikelilingi oleh Mesjid, Gereja dan Klenteng. Keluarga Tan Kat Sun, pemilik restoran Canton masakan Cina yang walaupun menyediakan masakan tidak halal, namun dengan kesadaran dan toleransinya yang tinggi, ia juga mengakomodir kebutuhan makanan halal bagi pelanggan muslim-nya. Walaupun banyak mendapat ketidakyakinan akan kehalalan masakan halal-nya, penganut Budha yang taat ini berbesar hati dan konsisten untuk tetap menghargai karyawan, tetangga maupun pelanggan muslimnya.
Rika, seorang mualaf Kristen, janda dengan seorang anak, yang tetap mengajarkan iman islam kepada Abi anaknya bahkan mampu mendatangkan kembali orangtuanya kerumahnya dalam syukuran khatam Al-Quran putra sematawayangnya. Tersirat dikisahkan Rika memiliki hubungan dengan Surya pemuda muslim yang bersedia memerankan tokoh Yesus yang disiksa dan disalib dalam drama Paskah juga sebagai Yosef, suami Maria ibu Yesus dalam drama Natal.
Rasa toleransi beragama yang tinggi dari sang majikan membuat Menuk, satu-satunya anak buahnya yang berjilbab, sangat loyal terhadap Tan Kat Sun. Namun, Soleh, suami Menuk, cemburu pada Ping Hen alias Hendra, anak Tan Kat Sun. Latar belakang anugrah saling mencintai dalam perbedaan agama yang pernah dijalin Hendra dan Menuk membuat pasangan suami-istri ini sering berselisih paham.
Lewat film yang diilhami oleh kisah nyata ini, Hanung Bramantyo mencoba mengumandangkan pesan tentang toleransi beragama yang dinilainya kian luntur belakangan ini. Film yang mengedukasi kaum muda yang sudah terkontaminasi jalan pikirannya bahwa berbeda itu haram, untuk kembali diluruskan sehingga dapat memaknai indahnya perbedaan dalam kasih.
Seperti judulnya, “Tanda Tanya”, film ini pun meninggalkan tanda tanya dalam hati saya setelah menyaksikannya. Sebuah tanda tanya sangat besar sepertinya. Tanda tanya yang tersisa seperti dalam tag-line film ini: “Masih pentingkah kita berbeda?” di negeri yang pada masa merebut kemerdekaannya, telah menumpahkan darah anak-anak bangsa yang tidak hanya dari satu agama maupun etnis. Tetapi yang faktanya dapat kita lihat di taman makam pahlawan diseluruh negeri ini, bahwa darah tertumpah untuk merebut kemerdekaan juga tertumpah dari anak bangsa yang beribadah di mesjid, gereja, vihara maupun pura.
Hanung Bramantyo, dalam film ini sangat jeli memperhatikan hal-hal kecil. Banyak dijumpai gambar-gambar yang dapat memperkuat visualisasi dan tata artistic. Setiap lokasi memiliki detil-detil kecil yang teliti sehingga member kesan sangat realistis.
Walau bukan film komedi, tak ada slapstick tetapi beberapa adegan sanggup membuat saya tertawa terbahak karena adegan-adegan tersebut sering terjadi dalam keseharian kita. Ketika tertawa, film ini membuat penonton menertawakan realitas Indonesia sebagai negara plural yang tidak siap menjadi pluralis.
Ya, film ini mengguncang emosi saya. Dengan tidak bermaksud terlalu banyak member spoiler pada film ini. Tetapi saya menjadikan film ini menjadi salah satu film terbaik Indonesia tahun ini.

RESENSI


Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, Resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah.
Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku.
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.
Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan sebuah resensi:
a.       Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
b.      Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.
c.       Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
d.      Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan

Umumnya resensi terdiri dari :
1.       Judul
Judul resensi harus menarik dan selaras dengan keseluruhan isi resensi
2.        Identitas buku
meliputi judul buku(judul asli dan Modern.terjemahan),penulis, penerbit, tahun terbit, tebal buku.
3.       Isi
Meliputi :
- ulasan singkat isi
- keunggulan buku,
- kelemahan buku,
- rumusan kerangka
4.       Penutup
Penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Selain itu dapat juga berisi kelemahan buku

Komponen resensi novel :

Komponen yang dapat dibahas dalam menyusun resensi novel adalah sebagai berikut:
a.       Tema
Tema apakah yang diungkap dalam novel? Apakah tema yang diungkapkan itu menarik pembaca secara umum? Apakah tema sudah sering diungkapkan dalam seri cerita lain yang dibuatnya? Apakah tema dapat diterima sebagai kebenaran yang umum?
b.       Alur Cerita
Bagaimana peristiwa-peristiwa diatur dalam cerita? Apa keunikan susunan peristiwa yang digunakan pengarang? Apakah ada pembaruan susunan peristiwa dalam cerita itu?
c.       Penokohan
Bagaimana pengarang memberi (menciptakan) watak atau karakter pada tokoh-tokohnya? Bagaimana sifat tokoh tersebut? Adakah keunikan dalam menciptakan watak tokoh?
d.       Sudut Pandang
Sudut pandang apa yang dipakai pengarang untuk menyampaikan cerita?
Adakah keunikan sudut pandang dalam cerita?
e.      Latar Cerita
Bagaimana latar cerita digunakan? Apakah latar ceritanya cocok dengan peristiwa?
f.        Nilai-nilai
Nilai-nilai apakah yang dapat diambil pembaca dari cerita? Adakah nilai-nilai baru yang dikembangkan?
g.       Bahasa dan Gaya Cerita
Bagaimana bahasa yang digunakan pengarang? Apakah cerita disampaikan dengan cara humor, serius, atau sinisme?
h.      Pengarang
Siapa pengarang cerita itu? Bagaimana latar belakang kehidupannya?
Bagaimana kreativitasnya?

Dalam sebuah resensi tidak semua cerita tersebut diulas oleh penulis. Biasanya penulis hanya memilih aspek yang dianggap paling menarik. Pertimbangan tentang kemenarikan itu bersifat relatif subjektif.
Oleh karena itu, resensi novel itu bersifat subjektif pula.
Jika anda telah membaca novel secara keseluruhan, hal-hal yang harus dicatat untuk membuat resensi bisa mengikuti cara seperti yang telah dikemukakan di atas, atau mengikuti cara berikut :
a.        Memberitahukan kepada masyarakat akan terbitnya buku baru dengan menginformasikan data-data, seperti judul novel, pengarang, penerbit, dan jumlah halaman.
b.       Menginformasikan jenis novel, tema, alur cerita, penokohan, sudut pandang, latar cerita, nilai-nilai, bahasa dan gaya cerita, reputasi pengarang, dan latar belakang penerbitan.
c.       Menyampaikan tujuan penulisan atau ringkasan novel.
d.      Menegaskan keunggulan dan kelemahan novel, apakah bermanfaat bagi masyarakat atau tidak. Apakah novel itu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat atau tidak, bernilai bagi masyarakat atau tidak, dan seterusnya.

Senin, 03 Oktober 2011

PENALARAN DEDUKTIF DAN PENALARAN INDUKTIF


Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
I.                   PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Penalaran deduktif juga seperti menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif adalah :
a. semua hewan punya mata
b. anjing temasuk hewan
c. anjing punya mata


A.      Ciri-ciri paragraf Deduktif
Ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama.
B.      Contoh paragraf Deduktif
Setiap orang dilahirkan dan di besarkan di dalam lingkungan keluarga. Tak seorangpun yang tidak mengalami kehidupan di dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seseorang anak adalah perwujudan cinta kasih kepada orang tua. Secara alamiah orang tua mempunyai rasa cinta kepada anak. Bagaimanapun keadaannya orang tua tetap akan memelihara dengan penuh kasih sayang terhadap anaknya.

II.                PENALARAN INDUKTIF
Penalaran Induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Dengan kata lain penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar.
Penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat denganpengumpulan data dan statistik.Penalaran induktif ini mengangkat 1 kasus untuk ditarik dalam kesimpulan umumnya. contohnya kurang banyak. dan meski penalaran induktif sudah kuat dengan contoh yang banyak, kesimpulan induktif yang dihasilkan pun masih bisa dipertanyakan keabsahannya.

A.       Ciri-ciri Paragraf Induktif
·         Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
·         Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa
khusus
·         Kesimpulan terdapat di akhir paragraph
·         Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
·         Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraph
·         Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
·         Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang
mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
·         Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan
utama

B.      Jenis Paragraf Induktif

• Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili
• Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.
• Klasifikasi
• Perbandingan
• Sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan fakta khusus yang menjadi akibat, kemudian fakta itu dianalisis untuk diambil kesimpulan.

C.      Contoh Paragraf Induktif
Setelah diadakan peninjauan ke Desa Pekayon Bekasi, diketahui persentase penggunaan listrik di RW 01 desa tersebut sebanyak 90%. Rumah penduduk yang telah menggunakan listrik, di RW 02 sebanyak 95%, RW 03 sebanyak 100%, dan RW 04 sebanyak 85%. Boleh dikatakan, di Desa Pekayon 92% rumah penduduk sudah menggunakanlistrik.

contoh penalaran induktif adalah :
·         kerbau punya mata.
·         anjing punya mata.
·         kucing punya mata.
:. setiap hewan punya mata

Sumber : id.wikipedia.org


III.