Jumat, 01 April 2011

Prospek Investasi Emas di 2009


Investasi di keranjang emas diibaratkan seperti memiliki pohon uang yang terus membuahkan keuntungan karena dianggap harganya selalu menanjak naik dari tahun ke tahun.

Namun  perlu diingat juga emas bagian dari komoditi yang terpengaruh terhadap pergerakan kondisi ekonomi dunia seperti harga minyak, supply-demand, spekulasi dan lain-lain.

Potensi investasi emas di tahun ini diperkirakan akan masih berpeluang bahkan bisa menyamai atau melebihi rekor harga emas pada tahun 2008 lalu yang sempat menembus diatas US$ 1.032 per troy ounce.
"Saya rasa secara umum  di tahun 2009 masih prospek, meskipun akan  naik turun, selagi ekonomi masih resesi,  emas masih punya kekuatan ditambah harga saham jatuh pula," kata  Managing Director Vibiznews.com Alfred Pakasi dalam acara  seminar prospek investasi emas tahun 2009, di Gedung JDC, Jakarta, Jumat (30/1/2009).
Naik turunnya harga emas menurut Alfred dipicu dari beberapa faktor utama  yang bisa mendongkrak bahkan menjatuhkan harga emas yaitu pergerakan harga minyak dan pasar saham global. Hal ini tentunya terkait dengan kondisi ekonomi dunia termasuk AS.

"Misalnya dari paket stimulus AS senilai US$ 825 miliar yang mau diterapkan, maka harga emas turun lagi," ucapnya.
Sehingga kata dia, faktor stimulus AS sekarang ini cukup menentukan pergerakan harga emas beberapa bulan ke depan. Ia memperkirakan jika dampak stimulus bisa berpengaruh secara signifikan maka akan berpeluang membuat  turun harga emas melandai kembali, yang sudah dapat diraba pada pada kuartal kedua atau  ketiga di 2009.
"Tapi bisa juga kalau pasar modal pulih maka komoditas, terutama harga minyak yang naik maka harga emas kemungkinan naik juga," katanya.
Secara umum Alfred menjelaskan bahwa investasi emas sangat fleksibel, yaitu bisa sebagai investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Bahkan lebih lanjut lagi investasi emas bisa dibilang investasi yang anti-krisis
"Yang penting bisa memprediksi pasarnya, misalnya faktor musim  kawin di Asia yaitu di China, Indonesia dan India mempengaruhi demand. Tapi harga emas juga sangat terpengaruh dengan inflasi dan harga minyak," ujarnya.
Investasi emas bisa dilakukan dengan cara tradisional dengan menyimpan secara fisik seperti koin emas, batangan, ada sertifikat emas, perusahaan, pasar derivatif dan lain-lain.

Pada tahun 2008, rekor harga emas tertinggi terjadi pada  17 Maret 2008  yaitu US$ 1.032  per troy ounce. Sedangkan jika di Indonesia pada waktu yang sama (17 Maret 2008) harganya mencapai Rp 311.300 per gram.
Pada tahun 2008 rekor harga emas terendah terjadi pada tanggal 24 Oktober 2008  yaitu Rp 223.500 per gram dan pada tanggal 28 Januari 2009 kemarin sempat menembus Rp 320.500 per gram.

"Yang anehnya harga emas itu, jika harga minyak turun maka harga emas ikut turun, tapi  kalau harga minyak turun tajam, harga emas tidak ikut turun tajam," jelasnya.
Risiko Investasi Emas
Meski terbilang sebagai investasi yang aman, investasi emas apapun bentuknya masih menyisakan peluang risiko, sesuai dengan konsep high risk high gain. Menurut Alfred hal ini sangat terkait dengan pengetahuan pasar para investor emas.
"Risiko itu ada terkait dengan pasar, bisa lewat berita, koreksi emas bisa terjadi," ucapnya.

Ia memprediksi ke depannya ketika resesi dunia semakin parah yaitu ke arah depresi global, maka reaksi awal dari pergerakan harga emas pasti akan terjadi penurunan, namun seiring berjalannya waktu akan bisa naik kembali.
"Masalahnya tidak ada yang tahu berapa lama, atau kapan itu terjadi," pungkasnya

Masih Bebas Pajak, Peluang Beli Reksa Dana


Jakarta - Reksa dana obligasi masih bebas pajak hingga 2010. Belum adanya beban pajak ini, membuat reksa dana penghasilan tetap menjadi salah pilihan untuk melakukan investasi.

Pemerintah telah menerbitkan peraturan 16/2009 yang menetapkan selama 2009-2010, bunga atau diskonto obligasi yang jadi pemasukan reksa dana akan terkena pajak 0%.
Mulai tahun 2011 hingga 2013, bunga obligasi di reksa dana akan terkena pajak final sebesar 5%. Baru pada 2014 dan seterusnya, bunga obligasi di reksa dana akan kena pajak 15%.

"Peraturan pemerintah tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan menyatakan capital gain dan bunga obligasi tidak ada pajaknya hingga 2010, maka kami percaya saat ini adalah peluang yang paling tepat untuk melakukan investasi pada produk reksa dana pendapatan tetap," ujar Direktur MMI, Andreas M. Gunawidjaja dalam konferensi pers di Menara Sudirman, Jakarta, Selasa (24/2/2009).

Selain belum ada pajak, faktor lain yang membuat reksa dana cukup layak dikoleksi saat ini adalah penurunan suku bunga bank.
"Penurunan tingkat suku bunga seiring dengan penurunan inflasi merupakan prospek yang bagus bagi para investor untuk menanamkan dananya pada reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi," ujar Andreas.
Melihat peluang itu, PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) akan memfokuskan pengembangan produk reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi di 2009.
Ia mengatakan, melihat peluang tersebut, perseroan telah menerbitkan reksa dana pendapatan tetap Syariah Mandiri Investa Dana Syariah (MIDS) pada Februari 2009 dengan komposisi 80-100% pada obligasi syariah (sukuk).
Perseroan juga menerbitkan produk reksa dana terproteksi yang berbasis obligasi yaitu Reksa Dana Mandiri Capital Protected Income Fund 14 (MCPIF 14) dengan imbal hasil 9,00% per tahun.

"Komposisi investasi produk ini 80-100% ditempatkan pada obligasi pemerintah, sisanya pada instrumen pasar uang dan dana kas," kata Andreas.
Produk ini, Andreas melanjutkan, akan didistribusikan oleh Bank HSBC dengan tanggal emisi 25 Februari 2009 dan perolehan dana kelolaan sebesar Rp 185 miliar.
Perseroan juga berencana akan menawarkan reksa dana terproteksi Dana Pendapatan Berkala Seri 7 (MDPB 7). Produk tersebut akan didistribusikan oleh Bank UOB Buana, Bank Commonwealth, DBS Bank, dan Bank Internasional Indonesia.
"Indikasi imbal hasil produk ini adalah 12% per tahun, penempatan dananya nanti pada surat utang korporasi sebanyak 90-100%, sisanya pada instumen pasar uang dan kas, penawarannya akan dilakukan Maret 2009," ungkapnya.
Hingga akhir 2008, perseroan telah meluncurkan 3 produk reksa dana konvensional dan 25 reksa dana terproteksi. Andreas mengatakan, total dana kelolaan MMI hingga akhir 2008 sebesar Rp 7,45 triliun atau naik 143,46% dibandingkan Rp 3,06 triliun pada akhir 2007.

"Per 19 Februari 2009, total dana kelolaan mencapai Rp 7,5 triliun. Paling besar porsinya dikontribusikan dari reksa dana terproteksi yang mencapai Rp 5,30 triliun," ujarnya.

Andreas mengungkapkan, perseroan menargetkan pertumbuhan dana kelolaan mencapai 20% atau sekitar Rp 8,94 triliun hingga akhir 2009. Target perolehan dana kelolaan tersebut, ujar dia, terutama akan dikontribusikan dari produk reksa dana pendapatan tetap, reksa dana terproteksi dan, reksa dana syariah.


Bangkitnya Reksa Dana Saham


Jakarta - Reksa dana saham kembali menjadi primadona seiring dengan laju pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang luar biasa tinggi selama dua bulan terakhir. Kebangkitan reksa dana saham diprediksi akan berlanjut di semester II tahun ini.
Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) menunjukkan reksa dana saham memiliki gain paling tinggi di selama Januari-Mei dibandingkan reksa dana pasar uang, campuran, pendapatan tetap, terproteksi, indeks, ETF dan syariah.
Reksa dana saham mencatat gain 53% selama Januari-Mei dengan posisi per Mei Rp 29,568 triliun yang naik dari Januari sebesar Rp 19,854 triliun.
Pertumbuhan IHSG dengan kecepatan luar biasa dari level 1.300-an hingga hampir menembus level 2.100 hanya dalam waktu dua bulan pun sempat dipuji pakar marketing Philip Kotler.

Philip Kotler, tokoh yang kerap disebut sebagai The Father of Modern Marketing dalam kunjungannya ke Bursa Efek Indonesia beberapa waktu lalu pun memuji kemampuan pemulihan pasar modal Indonesia sebagai salah satu yang tercepat di dunia.
Semangat optimisme dan penuh kepercayaan diri mewarnai tren pasar yang semakin memicu laju IHSG bergerak naik.
 Bandingkan dengan suasana ketika kondisi pasar modal sedang ambruk-ambruknya.

Pergerakan reksa dana berbasis saham memang sangat dipengaruhi IHSG. Ketika IHSG ambruk tajam, investor reksa dana saham pun berbondong-bondong keluar. Sebagian beralih investasi ke deposito perbankan, sebagian lagi migrasi ke reksa dana terproteksi.
Manajer Investasi pun ketika itu mengambil strategi fokus pada produk reksa dana terproteksi. Pada akhir tahun 2008, total nilai reksa dana sekitar Rp 74 triliun. Reksa dana terproteksi mengambil porsi sebesar Rp 25 triliun, jauh lebih besar dari reksa dana berbasis saham yang tidak sampai Rp 20 triliun.

Namun yang lalu biarlah berlalu. Fajar baru menyingsing. Reksa dana berbasis saham kembali diborong mengiringi gerak naik IHSG. Manajer Investasi pun kini sudah memulai kembali menerbitkan produk reksa dana berbasis saham.
"Kelihatannya ada semester II-2009, produk reksa dana berbasis saham akan kembali ramai. Beberapa sudah mulai menerbitkan," ujar analis Infovesta Utama, Wawan Hendrayana saat dihubungi detikFinance, Senin (8/6/2009) malam.
Menurut Wawan, seiring naiknya IHSG tingkat pembelian reksa dana pun meningkat tajam. Jika pada akhir tahun 2008 total dana kelolaan seluruh reksa dana sebesar Rp 74 triliun, hingga akhir Mei 2009 sudah mencapai Rp 92,120 triliun.
"Itu sudah hampir mencapai nilai total reksadana ketika market normal," ujarnya.

Ia mengatakan, produk reksa dana berbasis saham mengambil porsi paling besar dalam peningkatan tersebut. Reksa dana terproteksi juga naik, namun tidak sebesar reksa dana berbasis saham.

"Total reksa dana berbasis saham kini sekitar Rp 30 triliun, naik Rp 10 triliun lebih dari posisi akhir tahun lalu. Reksa dana terproteksi saat ini sekitar Rp 30 triliun, juga naik sekitar Rp 5 triliun," ujarnya.

Peningkatan nilai itu, lanjut Wawan, bukan tanpa alasan. Tren naik IHSG tanpa istirahat yang berarti ikut memberikan return yang tidak tanggung-tanggung bagi investor reksadana berbasis saham

"Kalau dilihat secara rata-rata, return yang diterima oleh investor reksadana yang masuk sekitar Maret 2009 ada di kisaran 30-50%. Kalau secara individual, ada yang menerima return sampai 200%," ujar Wawan.
Wawan memperkirakan tren kenaikan IHSG bakal terus berlanjut dan produk reksa dana berbasis saham juga bakal terus diburu. IHSG ditutup pada level 2.056 pada perdagangan Senin (8/6/2009).

"Perkiraan saat ini, IHSG bakal terus naik hingga level 2.300. Ini artinya produk reksa dana berbasis saham masih akan diburu investor," ujar Wawan.
Sayangnya, ia belum bisa memprediksi sampai level berapa nilai reksa dana berbasis saham dengan kenaikan IHSG ke depannya. Ia hanya bisa memastikan kalau gerak naik IHSG belum akan surut, yang berarti terus membuat nilai reksa dana berbasis saham terus melaju ke depannya.

"Kalau kita lihat, pembelian saham-saham oleh investor dilakukan secara berkala, tidak sekaligus. Ini salah satu faktor yang menyebabkan mengapa IHSG terus menunjukkan tren naik. Kalau masuk sekaligus, keadaannya akan berbeda. Perkiraan saya kenaikan ini masih terus bertahan," jelas Wawan.

Dengan demikian, lanjut Wawan, masih ada ruang buat investor reksa dana saham yang ingin mengejar return. Jika mengacu pada level IHSG saat ini di kisaran 2.000-an, maka dengan target IHSG di level 2.300-an, masih tersedia ruang sebesar 300 poin atau setara dengan 15%.

"Berarti jika investor masuk sekarang ke reksa dana berbasis saham, masih ada potensi return sebesar kurang lebih 15%," ujarnya.
Hal tersebut, ujar Wawan, bakal diperoleh dalam waktu tidak sampai 2 bulan ke depan. Wawan mengatakan, IHSG bakal menembus level 2.300-an setelah pemilihan presiden yang akan dgelar Juli 2009.

"Saya kira IHSG akan menembus level 2.300-an pasca pilpres. Isu positif pilpres juga berpengaruh mendorong kenaikan IHSG dan akan stabil di level itu," ujarnya.
Mengacu pada apa yang dikatakan Wawan, berarti investor yang masuk ke produk reksa dana berbasis saham masih memiliki potensi meraih return hingga 15% sampai Juli mendatang.

Senada dengan Wawan, Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) yang sekaligus menjabat sebagai Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi Abiprayadi Riyanto juga optimistis dengan prospek reksa dana berbasis saham di tahun 2009.
"Pada prinsipnya reksa dana saham itu untuk investasi jangka panjang. Saya berkali-kali mengajak untuk investasi di produk ini secara berkesinambungan. Jika ada yang mau realisasi keuntungan, itu pilihan masing-masing investor. Namun sebaiknya tetap investasi secara reguler," jelas Abi.

Oleh sebab itu, baik Abi maupun Wawan memasang sikap optimistis kalau produk reksa dana berbasis saham bakal menjadi salah satu pilihan investasi menarik di 2009. Apalagi mengingat masih ada ruang sebesar 15% bagi investor yang masuk sekarang hingga Juli 2009.

Prospek Investasi Reksa Dana di 2011


Jakarta - Apa reksa dana terbaik di 2011? Reksa dana saham, terproteksi atau campuran? Tidak bisa diklasifikasi instrumen sekumpulan efek mana yang terbaik, karena seluruhnya terpulang kepada investor. Pasalnya, investor memiliki profil risiko dan pilihan masing-masing.

Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) Abiprayadi Riyanto, dalam perbincangan dengan wartawan di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), SCBD Jakarta, Rabu (2/2/2011).
Untuk mengetahui yang paling tepat, ada baiknya investor masuk terlebih dahulu pada salah satu produk reksa dana dari Manager Investasi (MI). Karena dengan memiliki portofolio reksa dana, investor akan menganalisa faktor risiko mereka, dan akhirnya dapat menarik kesimpulan jenis reksa dana mana yang tepat untuknya.
"Risk profile masing-masing investor berbeda. Belum tentu itu cocok, harus sesuai," jelasnya.

Memang pertumbuhan reksa dana saham sepanjang tahun 2010 begitu mengesankan, dengan lonjakan nilai investasi paling tinggi ketimbang reksa dana lainnya. Namun perlu diingat, reksa dana saham berkarakter jangka panjang, dan berisiko tinggi.

Secara umum, karakter investor terbagi menjadi 3 bagian. Anda berada di kategori apa?
  • Konservatif, yakni mementingkan keamanan dana menjadi prioritas utama meskipun tetap mengharapkan investasinya tumbuh secara memadai.
  • Moderat, memiliki toleransi untuk mengalami kerugian sebagai imbalan untuk memperoleh peningkatan dalam jangka panjang.
  • Agresif, tolenrasi rugi amat besar dalam jangka pendek (dibandingkan dengan umumnya investor lain), namun dengan tujuan untuk memperoleh laba yang substantial.
Reksa dana sendiri merupakan alternatif instrumen investasi dan digadang-dagang memiliki imbal hasil lebih tinggi dibandingkan Deposito, Current Account atau Saving Account. Oleh sebab itu, traditional investment sudah tidak menarik lagi, karena sadar atau tidak tingkat inflasi semakin lama meningkat. Di sisi lain, laju suku bunga perbankan masih dipatok rendah.

Keunggulan berinvestasi dalam reksa dana adalah di dalamnya terdapat sekumpulan efek baik saham, obligasi atau efek lain yang dikelola secara profesional oleh MI. Aman karena disimpan oleh bank kustodian dan telah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK.

Dibandingkan instrumen lain, nilai investasi reksa dana relatif rendah. Selain itu, portofolio reksa dana juga bisa didiverensifikasi. Investasi ini juga efisien dalam waktu dan biaya, karena dikelola oleh MI.
Keunggulan lain, pembagian keuntungan dan penjualan kembali bukan merupakan subjek pajak, dan transaksi pembelian atau penjualan juga sangat mudah. Sekalian itu produk ini bisa dialihkan ke jenis lain dan dengan tingkat disclosure tinggi, jadi lebih aman dari unethical practises.


Bangkitnya Reksa Dana Saham