Kamis, 14 Oktober 2010

KOTOR? ATAU “KOTOR”?


Aku ibarat seorang tukang sampah.

          Mungkin orang mamandang miring pekerjaanku. Aku memang bergerak di bidang yang agak kotor, tapi dalam artian yang sebenarnya. Aku hanyalah seorang tukang sampah.
          Saat aku bekerja, banyak orang yang jauh menyingkir, memang bukan karena diriku, tapi karena dari bau sampah yang menyengat. Walaupun begitu tetap saja merasa miris akan semua, banyak orang yang kurang menghargaiku. Tak apalah upahku tak seberapa, tapi paling tidak mereka lebih bisa sedikit menghargaiku, paling tidak lemparan senyum atau sedikit berikan rezeki mereka yang melimpah, yang mereka lakukan malah mempercepat langkah kaki mereka dan segera menjauh.
          Namun, setidaknya Tuhan tahu pekerjaanku baik. Ku jaga kebersihan lingkungan para manusia-NYA, sehingga mereka bisa nyaman dan tersenyum bahagia.
          Coba sedikit putar mata keatas, lihatlah mereka yang duduk disana, dalam gerobak berpendingin, nyaman busa berbalut kulit mengalasi pantat mereka. Bungkus badan mereka mungkin berjuta harganya. Mereka wangi, di dekati para penjilat, gaji dengan jumlah berlipat, tak tahunya itu semua uang rakyat. Di dapat oleh mereka dengan cara dahsyat. Lupa Tuhan, halalkan segalanya. Mereka nampak begitu bersih dalam kekotorannya.
         
Sedangkan aku..???

Tanyaku dalam hati, manakah yang lebih kotor, diriku atau sang KORUPTOR..??

Kotor atau “KOTOR ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar