Kamis, 14 Oktober 2010

pengemis jalanan

Siang itu roda motorku terhenti di perempatan yang cukup padat di Jakarta.
Nyala merah lampu memaksaku lepas tali gas dan piston terhenti bergesekan dengan mesin yang cukup panas.
Dalam lamunanku terganggu dengan tengadah tangan kecil yang kumal. Memelas mukanya meminta sedikit rizki dari pengendara seperti aku.
Ingin aku sisihkan sedikit dari yang kupunya tapi sedikit berat karena terlihat seorang ibu berbadan gemuk berteduh dibawah beton kekar dengan sebatang rokok ditangan dan asap putih mengalir dari mulut hitamnya. Matanya mengarah kepada tangan kecil pengais rezeki.
Sesekali menunujuk kearah kilauan mobil-mobil penyumbang polusi.
Sial.. dalam benakku. Si anak menantang matahari, si induk bersantai berlindung dari senyuman Ratu Siang.
Kulit terbakar,rambut gersang.
Itu baru yang tampak. Bagaimana dengan paru-paru yang tersesaki oleh
karbon monooksida? mungkin lebih hitam dari arang.
Lampu hijau memaksaku kembali meninggalkan potret hitam putih Ibukota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar